Buddha memiliki pemahaman menyeluruh terhadap seluruh kebenaran alam semesta. Karena itu, kita hendaknya yakin terhadap ajaran Buddha. Ajaran Buddha membimbing kita melangkah maju ke arah yang benar. Kekuatan keyakinan dapat menumbuhkan akar keyakinan kita. Dengan kekuatan keyakinan, kita akan tekun melatih diri sehingga dapat menumbuhkan akar keyakinan dan menghapus takhayul.

Yang paling dikhawatirkan ialah percaya pada takhayul. Jika kita hanya mengikuti ucapan orang lain tanpa bisa membedakan benar dan salah, kita akan mudah percaya pada takhayul. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus terus menyerap Dharma ke dalam hati untuk menghapus noda dalam batin kita, yakni ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan.

Ada banyak orang di dunia ini yang sibuk mengumbar nafsu keinginan dan tidak memahami kebenaran. Mereka hanya berpikir untuk mengembangkan bisnis tanpa henti meski harus mengeksploitasi gunung dan lautan. Kini ada banyak pengusaha yang bukan hanya mengembangkan bisnis di dataran rendah, tetapi juga di gunung dan lautan. Ini sungguh tindakan yang tidak bijaksana.

Mereka hanya menggunakan pengetahuan untuk menjadi nomor satu di dunia. Demi menghasilkan lebih banyak produk, mereka telah menguras sumber daya alam dan mencemari bumi. Namun, mereka tidak menyadarinya. Mereka hanya memedulikan perkembangan bisnis mereka, bagaimana menjadi nomor satu di dunia, serta bagaimana meningkatkan ketenaran dan kekayaan mereka. Kehidupan seperti ini sungguh menderita.

Dalam Sutra Buddha, terdapat sebuah kisah seperti ini. Ada seorang pria yang memiliki banyak harta, tetapi tidak merasa puas. Dia terus memikirkan cara untuk menghasilkan lebih banyak uang.
Seseorang berkata padanya,”Engkau bisa memiliki lebih banyak harta jika engkau memohon kepada dewa. Jika engkau memohon dengan tulus, kekayaan di seluruh dunia akan jatuh ke tanganmu.”

Pria itu berkata, “Benarkah? Lekas beri tahu aku.” Orang itu berkata, “Ini sangat mudah. Gunakanlah kayu terbaik dan barang persembahan terbaik untuk memuja Dewa Api setiap malam. Makin baik kayu yang digunakan dan makin besar kobaran apinya, Dewa Api akan makin melindungimu.” 

Pria itu pun mulai membeli kayu terbaik. Saat tidak ada yang bisa dibeli, dia pun menebangnya dari pegunungan. Entah berapa banyak kayu berkualitas yang telah ditebangnya. Dia terus memuja Dewa api, tetapi bisnisnya terus mengalami kemunduran. Lalu, seseorang berkata padanya, “Engkau harus memuja matahari dan bulan dengan tulus. Saat matahari terbit, engkau harus segera memuja matahari. Dengan demikian, Dewa Rezeki akan menghampirimu. Dengan memuja bulan, cahaya bulan akan mendatangkan kekayaan untukmu siang dan malam.”

Mendengar ucapannya, pria kaya itu segera melakukannya. Sebelum matahari terbit, dia menyembelih hewan untuk menyiapkan beragam persembahan guna memuja matahari dan bulan.

Dia terus melakukan pemujaan dari matahari terbit hingga matahari tenggelam. Saat bulan muncul, dia juga menyiapkan banyak persembahan dan terus melakukan pemujaan. Tiga tahun kemudian, bisnisnya makin mundur.

Selain sudah jatuh miskin, kesehatannya juga tidak baik. Apa yang harus dia lakukan? Melihat banyak orang hendak pergi untuk mendengar Buddha membabarkan Dharma, dia pun penasaran terhadap ajaran Buddha. Jadi, dia pergi ke Vihara Jetavana untuk mendengarkan ajaran Buddha. Saat dia tiba, kebetulan Buddha sedang membabarkan Dharma. Saat dia melihat keagungan Buddha, timbul sukacita dari dalam hatinya.

Mendengar prinsip kebenaran yang dibabarkan oleh Buddha, dia merasa heran mengapa dia tidak mengetahui semua itu sebelumnya. Usai Buddha membabarkan Dharma, semua orang memberi penghormatan dan pergi dengan hati penuh sukacita. Namun, pria itu masih berada di sana dan merenungkan ajaran Buddha. Dia heran mengapa dia belum pernah mendengarnya sebelumnya.

Setelah semua orang pergi, Buddha melihatnya dan berkata, “Saudara, apa beban pikiranmu?” Pria itu lalu mendongak untuk melihat Buddha dan menangis tersedu-sedu. Dia menceritakan betapa besar jerih payah dan banyaknya uang yang dikeluarkannya demi memohon berkah, tetapi semuanya gagal.

Buddha lalu berkata padanya, “Apakah engkau tahu berapa banyak karma buruk yang telah engkau ciptakan? Engkau membunuh hewan dan merusak bumi. Karma burukmu sedalam lautan.” Mendengar ucapan Buddha, pria itu berpikir, “Benar. Mengapa dahulu aku begitu bodoh? Betapa banyaknya hewan yang telah aku bunuh dan betapa besarnya kerusakan yang telah aku timbulkan.” Dia berintrospeksi diri dan meminta bimbingan dari Buddha.

Setelah menerima bimbingan Buddha, pikirannya terbuka dan dia pun bangkit kembali. Dia menjalankan bisnisnya dengan tekun, berbakti kepada orang tua, serta bersumbangsih bagi masyarakat. Dia juga mulai yakin terhadap ajaran Buddha. Ini adalah sebuah kisah pada zaman Buddha.

Pada zaman Buddha, orang-orang juga diliputi ketamakan. Pada zaman dahulu, juga ada orang yang ingin mengembangkan bisnis di berbagai bidang hingga sebesar mungkin. Apa bedanya dengan orang zaman sekarang? Kita sering mendengar tentang orang yang berusaha untuk mengembangkan bisnisnya. Sesungguhnya, berapa banyak waktu yang dimiliki untuk mengejar kekayaan dan mengembangkan bisnis?

Sungguh, kehidupan seperti ini juga mendatangkan penderitaan. Untuk apa orang-orang begitu sibuk? Mereka tidak pernah memikirkan untuk apa mereka begitu sibuk. Seiring berlalunya waktu, usia kehidupan kita terus berkurang. Meski memiliki bisnis dan kekayaan besar, kita tidak tahu itu merupakan berkah atau malapetaka bagi anak cucu kita.

Jadi, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus memiliki keyakinan benar yang teguh. Jika kehilangan keyakinan, kita tidak akan bisa mendalami Dharma. Dengan sebersit niat yang menyimpang, kita mungkin akan berbuat keliru seumur hidup dan tersesat dari kehidupan ke kehidupan. Kita hendaklah membina keyakinan benar yang teguh, membangun tekad dan ikrar agung, dan mempraktikkannya secara nyata. Jika dapat menggenggam waktu yang ada dan mempertahankan tekad hingga selamanya, kita dapat memahami semua kebenaran nonduniawi.