Buddha yang penuh welas asih terus mengajari kita semua prinsip kebenaran di alam semesta ini tanpa menyembunyikan apa pun. Dalam mendengar Dharma, yang terpenting ialah tulus dan bersungguh hati. Kita harus memiliki keyakinan di dalam hati. Demikianlah ajaran Buddha. Dengan demikian, Dharma dapat meresap ke dalam hati dan dipraktikkan secara nyata.

Dari bagaimana diri-Nya melatih diri, menghadapi semua orang dan materi, serta kondisi batin-Nya di kehidupan lampau, Buddha menjabarkan semuanya tanpa menyembunyikan apa pun. Buddha mengajarkan semuanya dengan terus terang. Jadi, saat mendengar Dharma, kita tidak perlu membedakan-bedakan apakah itu prinsip kebenaran yang mendalam atau hal yang terjadi di sekitar kita. Jika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, itu adalah kebenaran yang menakjubkan.

Buddha memberi tahu kita jalinan jodoh dan pengalaman-Nya di kehidupan lampau. Buddha menceritakan salah satu kehidupan lampau-Nya yang merupakan seorang pemuda.

Di usianya yang masih muda, dia meninggalkan gurunya. Saat dia tiba di sebuah kota, kebetulan ada pendeta yang mengadakan sebuah acara. Dia pun berpartisipasi dalam perdebatan di acara tersebut. Meski dia masih muda, tetapi kebijaksanaannya sangat mendalam. Pendapatnya memperoleh pengakuan dan rasa hormat dari orang-orang. Bahkan, pendebat termasyhur pun sangat kagum dengan pendapatnya tentang Weda. Jadi, dia menang dalam perdebatan ini dan memperoleh banyak persembahan.

Saat itu, dia berharap dapat mempersembahkan persembahan yang diperolehnya kepada gurunya dan ingin segera pulang. Namun, perjalanan sangatlah jauh. Dia telah melewati berbagai desa dan kota, tetapi tetap tidak berani berhenti. Hingga tiba di sebuah kota, dia merasa bahwa semua pemandangan telah berubah. Saat dia meninggalkan gurunya dan melewati kota ini, pemandangannya sama sekali berbeda. Dia heran mengapa saat itu kota tersebut menjadi begitu bersih dan rapi.

Saat memasuki kota, dia melihat setiap orang berpakaian rapi, membawa sebuah vas bunga, dan terlihat sangat gembira. Dia merasa sangat heran dan bertanya pada seseorang, “Apakah ada hal baik yang terjadi di kota ini atau akan diadakan acara besar?” Orang itu berkata, “Buddha Dipamkara akan datang ke kota ini. Raja memerintahkan semua orang di negeri ini untuk menjaga kebersihan tubuh dan pikiran guna menyambut Yang Maha Suci Dan Maha Sadar.”

Mendengar kata-kata orang itu, sukacitanya pun terbangkitkan. Dia merasa bahwa ini adalah kesempatan baginya. Lalu, ada seorang gadis yang membawa 7 kuntum bunga teratai dengan warna yang berbeda-beda berjalan melewatinya. Pemuda ini pun berkata, “Bisakah engkau menjual bunga-bunga teratai ini padaku?”

Gadis itu berkata, “Tidak. Di kota ini, bunga teratai tidak boleh diperjualbelikan. Semua orang harus memetik bunga teratai karena raja akan membeli semuanya.”

Pemuda itu berkata, “Aku juga ingin memberi persembahan kepada Buddha. Di manakah aku bisa membeli bunga teratai? Bolehkah engkau menjual bunga terataimu padaku? Aku akan menukarkan lima ratus tahil emas dengan bunga terataimu.”

Melihat pemuda ini memohon dengan tulus, gadis tersebut sangat tersentuh dan berkata, “Aku memiliki satu syarat. Jika engkau setuju untuk menjadi suamiku dari kehidupan ke kehidupan, aku akan menjual bunga-bunga ini padamu.”

Pemuda ini berkata, “Itu tidak mungkin. Tekad melatih diriku sangatlah teguh. Aku telah membangun ikrar untuk menjalankan praktik dana. Bukan hanya materi, istri dan anak pun bersedia aku relakan demi makhluk lain.”

Gadis itu berkata, “Tidak masalah. Aku akan memiliki kesatuan hati denganmu. Meski engkau ingin memberikan aku pada orang lain, aku pun akan mewujudkan harapanmu. Aku hanya berharap saat mencapai pencerahan tertinggi, engkau dapat menerimaku sebagai muridmu dan membimbingku.” Pemuda ini menyetujuinya.

Gadis itu lalu menyerahkan lima kuntum bunga teratai dan pemuda ini menyerahkan lima ratus tahil emas. Gadis itu berkata, “Aku menitipkan dua kuntum bunga terataiku padamu. Tolong persembahkan bunga-bunga ini kepada Buddha.” Pemuda ini menerima bunganya dan berjalan lurus menuju pusat kota. Dia menanti kehadiran Buddha di hadapannya. Ini adalah harapannya.

Buddha Sakyamuni menceritakan kisah ini kepada Ananda. Bercerita sampai di sini, Buddha berkata kepada Ananda, “Ananda, inilah perpaduan berbagai sebab dan kondisi. Gadis itu memiliki hati yang murni. Dia dapat mewujudkan harapan-Ku dan memberi-Ku tujuh kuntum bunga teratai. Ini juga merupakan jalinan jodoh yang sangat mendalam. Jodoh ini terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Sesuai harapannya, kami menjadi suami istri dari kehidupan ke kehidupan. Dia selalu mendukung-Ku. Gadis itu adalah kehidupan lampau Yasodhara. Ananda, dalam kehidupan sehari-hari, baik atau buruknya benih dan jalinan jodoh yang terbentuk bergantung pada interaksi kita dengan orang lain.”

Dari kehidupan lampau Buddha dan proses Beliau melatih diri pada berkalpa-kalpa yang lalu ini, kita bisa mengetahui bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus sungguh-sungguh menjaga tindakan dan pikiran kita. Kita juga harus memperhatikan ucapan kita kepada orang lain. Dengan menepati janji pada seseorang, berarti kita menjalin jodoh baik dengannya. Jika bermusuhan dengan orang lain, berarti kita menjalin jodoh buruk. Jadi, kita harus memperhatikan jodoh yang terjalin dan benih yang ditabur.