Pada hakikatnya, ajaran semua Buddha ialah sama. Semua Buddha melatih diri dalam jangka panjang. Meski setiap Buddha memiliki ikrar yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki satu ikrar utama yang sama, yaitu membimbing semua makhluk. Kita hendaknya membangun ikrar agung untuk terjun ke tengah masyarakat demi membimbing semua makhuk yang tak terhingga. Kita harus membangun ikrar seperti ini.
Untuk membimbing semua makhluk, kita harus melapangkan hati serta membangkitkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jadi, berikrar untuk terjun ke tengah masyarakat, inilah ajaran para Buddha. Saya sering berkata bahwa Buddha melatih diri dan mencapai kebuddhaan demi semua makhluk.
Dengan cinta kasih dan kesungguhan hati, kita menggunakan Dharma untuk menjangkau semua makhluk. Saat menerima cinta kasih seperti ini, orang-orang yang menderita juga menerima Dharma. Di tengah penderitaan, mereka memperoleh Dharma. Dengan demikian, mereka dapat terbimbing. Semua orang memiliki jalinan jodoh masing-masing.
Di Sravasti, ada seorang tetua yang sangat kaya. Semua orang sangat iri padanya. Namun, makin orang-orang memujinya kaya, dia makin mementingkan kekayaan. Dia menjadi sangat kikir dan menginginkan lebih banyak kekayaan. Di tengah meditasi, Sariputra mendapati tetua yang sangat kikir ini. Dia tidak rela berdana sedikit pun bagi orang-orang yang kekurangan dan menderita.
Melihat Sariputra masuk ke rumahnya, tetua itu merasa tidak senang dan menyalahkan penjaga pintu rumahnya. Penjaga pintu berkata, “Aku tidak melihatnya.” Tetua itu tidak menghiraukan Sariputra. Meski Sariputra berdiri di sana, tetapi setelah pelayan menyajikan makanan di hadapannya, tetua itu hanya makan sendiri. Setelah tetua itu selesai makan, pelayan mengantarkan air untuk berkumur. Tetua itu sengaja berjalan ke hadapan Sariputra dan memuntahkan air bekas kumur ke dalam mangkuk Sariputra. Setelah membungkukkan badan sambil tersenyum, Sariputra pun pergi.
Sariputra berpikir, “Tidak mudah untuk mendapatkan air kumur yang dimuntahkannya ini. Bagaimana agar dia bisa memperoleh pahala? Dia telah menciptakan berkah di kehidupan lampau sehingga bisa hidup begitu nyaman di kehidupan sekarang. Namun, dia tersesat di kehidupan sekarang. Kekikiran, ketamakan, dan kesombongannya terhadap anggota Sangha akan membuatnya mengalami penderitaan tak terkira di kehidupan mendatang. Bagaimana menyelamatkan tetua ini?”
Pelayan itu segera pulang dan melapor kepada tetua itu tentang apa yang dilihat dan didengar olehnya. Mendengar kata-katanya, tetua itu sangat menyesal. Dia merasa bahwa Buddha dan Sariputra sungguh penuh cinta kasih dan welas asih. Dia lalu membawa semua anggota keluarga dan pelayannya ke vihara. Dia bertobat dan menyatakan berlindung kepada Buddha.