Orang zaman dahulu berkata, “Binalah pikiran baik dan lakukanlah perbuatan baik.” Benar, kita harus membina pikiran baik dan melakukan perbuatan baik. Ini merupakan tujuan yang sangat penting dalam pelatihan diri kita. Saat melakukan sesuatu, janganlah kita melakukan perbuatan buruk ataupun membangkitkan pikiran buruk. Dengan demikian, penderitaan tidak akan timbul.
Saat hendak melakukan sesuatu, kita hendaklah waspada dan jangan pernah melakukan perbuatan buruk. Kita bahkan tidak boleh membangkitkan sebersit pikiran buruk. Jika kita tidak membangkitkan pikiran buruk dan tidak melakukan perbuatan buruk, penderitaan tentu tidak akan timbul dan kita tidak akan merasakan penderitaan.
Bagaimana agar kita dapat damai dan bahagia? Kita jangan bermusuhan dengan orang lain. Bagaimana agar kita tidak bermusuhan dengan orang lain? Kita harus terbebas dari kebencian. Jangan mudah marah ataupun bersikap perhitungan dengan orang lain.
Ada sepasang suami istri muda yang sangat menyayangi satu sama lain. Sang istri tengah mengandung dan mereka mendambakan seorang anak yang manis. Menjelang masa persalinan, mereka dipenuhi harapan. Tidak disangka, sang istri mengalami distosia. Anak mereka selamat, tetapi sang istri meninggal dunia.
Bagaimana dengan anaknya? Dia melatih seekor anjing untuk menjaga anaknya. Anjing ini sangatlah pintar. Asalkan susu telah diseduh terlebih dahulu, maka begitu waktunya tiba, anjing ini akan membawa botol bayi ke bayi itu agar dia dapat meminumnya. Itu sungguh tidak terbayangkan. Selama beberapa waktu, sang ayah merasa sangat tenang. Ada anjing ini yang menjadi pengasuh putranya, dia bisa merasa tenang.
Namun, dia tidak bisa menemukan putranya. Dia berpikir, “Apakah anjing ini telah menggigit anak saya hingga tewas?” Melihat mulut anjing yang berlumuran darah, dia merasa bahwa ia pasti telah membunuh anaknya. Tidak ada pemikiran lain dalam benaknya selain anjingnya telah membunuh anaknya. Karena itu, timbullah pikiran buruk. Dia lalu mengambil sebilah pisau dan membunuh anjing itu.
Anjingnya kehilangan sepotong daging di kakinya karena digigit serigala itu. Daging itu ada di mulut serigala dan serigala itu pun terluka. Di lehernya terdapat sebuah luka besar yang membuatnya sekarat. Saat itu, dia baru menyadari kesalahannya. Dia tidak sempat menghentikan pikiran buruk yang timbul sehingga membunuh anjing itu.
Keburukan yang sudah timbul harus segera dihentikan. Kita harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran kita. Jika tidak, pikiran kita akan menyimpang. Jika pikiran buruk timbul, seseorang akan melakukan perbuatan buruk. Keburukan yang belum timbul harus dicegah. Kita hendaknya senantiasa mencegah timbulnya ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Janganlah kita membangkitkan pikiran seperti ini.
Kebaikan yang telah timbul harus dikembangkan. Hanya melakukan sedikit kebaikan dan menghindari keburukan tidaklah cukup. Tidak melakukan perbuatan buruk dan menjadi orang baik tentu sangat baik.
Orang zaman dahulu berkata, “Binalah pikiran baik dan lakukanlah perbuatan baik.” Benar, kita harus membina pikiran baik dan melakukan perbuatan baik. Ini merupakan tujuan yang sangat penting dalam pelatihan diri kita. Saat melakukan sesuatu, janganlah kita melakukan perbuatan buruk ataupun membangkitkan pikiran buruk. Dengan demikian, penderitaan tidak akan timbul.
Saat hendak melakukan sesuatu, kita hendaklah waspada dan jangan pernah melakukan perbuatan buruk. Kita bahkan tidak boleh membangkitkan sebersit pikiran buruk. Jika kita tidak membangkitkan pikiran buruk dan tidak melakukan perbuatan buruk, penderitaan tentu tidak akan timbul dan kita tidak akan merasakan penderitaan.
Bagaimana agar kita dapat damai dan bahagia? Kita jangan bermusuhan dengan orang lain. Bagaimana agar kita tidak bermusuhan dengan orang lain? Kita harus terbebas dari kebencian. Jangan mudah marah ataupun bersikap perhitungan dengan orang lain.
Ada sepasang suami istri muda yang sangat menyayangi satu sama lain. Sang istri tengah mengandung dan mereka mendambakan seorang anak yang manis. Menjelang masa persalinan, mereka dipenuhi harapan. Tidak disangka, sang istri mengalami distosia. Anak mereka selamat, tetapi sang istri meninggal dunia.
Bagaimana dengan anaknya? Dia melatih seekor anjing untuk menjaga anaknya. Anjing ini sangatlah pintar. Asalkan susu telah diseduh terlebih dahulu, maka begitu waktunya tiba, anjing ini akan membawa botol bayi ke bayi itu agar dia dapat meminumnya. Itu sungguh tidak terbayangkan. Selama beberapa waktu, sang ayah merasa sangat tenang. Ada anjing ini yang menjadi pengasuh putranya, dia bisa merasa tenang.
Namun, dia tidak bisa menemukan putranya. Dia berpikir, “Apakah anjing ini telah menggigit anak saya hingga tewas?” Melihat mulut anjing yang berlumuran darah, dia merasa bahwa ia pasti telah membunuh anaknya. Tidak ada pemikiran lain dalam benaknya selain anjingnya telah membunuh anaknya. Karena itu, timbullah pikiran buruk. Dia lalu mengambil sebilah pisau dan membunuh anjing itu.
Anjingnya kehilangan sepotong daging di kakinya karena digigit serigala itu. Daging itu ada di mulut serigala dan serigala itu pun terluka. Di lehernya terdapat sebuah luka besar yang membuatnya sekarat. Saat itu, dia baru menyadari kesalahannya. Dia tidak sempat menghentikan pikiran buruk yang timbul sehingga membunuh anjing itu.
Keburukan yang sudah timbul harus segera dihentikan. Kita harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran kita. Jika tidak, pikiran kita akan menyimpang. Jika pikiran buruk timbul, seseorang akan melakukan perbuatan buruk. Keburukan yang belum timbul harus dicegah. Kita hendaknya senantiasa mencegah timbulnya ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Janganlah kita membangkitkan pikiran seperti ini.
Kebaikan yang telah timbul harus dikembangkan. Hanya melakukan sedikit kebaikan dan menghindari keburukan tidaklah cukup. Tidak melakukan perbuatan buruk dan menjadi orang baik tentu sangat baik.