Kini, kita sungguh harus memahami bahwa bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah, bulan penuh rasa syukur, sekaligus bulan penuh rasa bakti. Yang terpenting, juga merupakan bulan penuh sukacita. Dengan banyaknya berkah, rasa syukur, rasa bakti, dan sukacita, bulan ini merupakan bulan yang baik. Sesungguhnya, setiap orang hendaknya senantiasa membina rasa syukur. Kita juga harus berbakti pada orang tua dan memperlakukan semua makhluk dengan setara. Dengan demikian, kita tidak akan tega membunuh hewan, terlebih mengonsumsi makanan hewani.
Sebelumnya, pada era masyarakat pertanian, warga memberi persembahan pada setan dalam Festival Cioko. Karena dahulu orang-orang hidup kekurangan, mereka hanya bisa makan makanan mewah pada hari-hari besar saja. Jadi, memberi persembahan berupa daging hanya untuk dinikmati sendiri setelahnya. Namun, kini orang-orang hidup berkecukupan, apakah kita masih perlu berbuat demikian?
Dahulu, karena terbatasnya pengetahuan, maka timbullah takhayul seperti itu. Kini, kita hendaknya meningkatkan kebijaksanaan dan pengetahuan. Kita harus mengasihi sesama manusia dan segala sesuatu di dunia ini. Jika bumi aman dan tenteram, manusia juga akan aman dan tenteram. Dalam agama Buddha, bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah.
Pada zaman Buddha, setiap hari para anggota Sangha harus mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah. Mereka mengumpulkan makanan untuk menjalin jodoh baik dengan umat perumah tangga agar orang-orang berkesempatan untuk memberi persembahan kepada Sangha dan tahu bahwa para bhiksu adalah anggota Sangha yang dibentuk oleh Pangeran Siddhartha setelah mencapai kebuddhaan. Jadi, dengan mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah, para anggota Sangha menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Inilah yang terjadi pada zaman Buddha.
Setiap tahun, musim panas tiba pada tanggal 15 bulan 4 penanggalan bulan. Di India, cuaca perlahan-lahan memanas. Banyak nyamuk, serangga, ular, kelabang, dan lain-lain yang berkeliaran. Berhubung para anggota Sangha biasa bertelanjang kaki, mereka mungkin bisa menginjak ulat atau digigit oleh serangga hingga terserang penyakit. Buddha sangat memperhatikan kesehatan semua orang. Karena itu, dari tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan, diadakan retret di masa varsa selama tiga bulan. Pada musim panas, mereka tidak keluar.
Raja, para menteri, orang-orang berada, dan rakyat biasa mengantarkan makanan untuk para anggota Sangha agar para anggota Sangha dapat menenangkan pikiran dan memanfaatkan waktu untuk melatih diri. Vihara terletak di pinggiran kota. Jika para anggota Sangha berjalan ke permukiman warga untuk mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah, maka mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk pulang pergi. Setiap kali pergi menghabiskan waktu setengah hari.
Jadi, selama tiga bulan ini, para anggota Sangha tidak perlu keluar. Semuanya menenangkan pikiran untuk melatih diri. Ada umat Buddha yang akan memberi persembahan. Mereka memanfaatkan waktu untuk melatih diri dan bersungguh-sungguh mendengar ajaran Buddha, menyucikan hati diri sendiri, dan memperoleh manfaat dari Dharma. Begitulah mereka melatih diri selama 3 bulan.
Mereka menyerap Dharma ke dalam hati. Mereka benar-benar memahami Dharma. Jadi, hati mereka penuh dengan Dharma. Mereka mengembangkan kebijaksanaan dan memasuki tataran orang bijak. Pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan, Buddha akan mendengar pemahaman mereka satu per satu. Setelah memastikan bahwa setiap orang memperoleh pencapaian, Buddha dipenuhi sukacita. Jadi, bulan tujuh adalah bulan penuh sukacita. Dengan bertambahnya orang yang bijaksana dan agung yang dapat membabarkan Dharma di tengah masyarakat, bukankah bulan tujuh merupakan bulan penuh berkah?
Para anggota Sangha bersyukur kepada Buddha yang membabarkan Dharma dan kepada orang-orang yang memberi persembahan sehingga mereka dapat berfokus melatih diri. Jadi, mereka dipenuhi rasa syukur. Mereka juga membimbing orang-orang untuk bersyukur kepada Buddha, Dharma, Sangha, orang tua, semua makhluk, dan segala sesuatu di dunia ini. Karena itulah, bulan tujuh juga disebut bulan penuh rasa syukur.
Jika orang tua sudah tiada, kita bisa berbakti pada mereka dengan memanfaatkan tubuh ini untuk berbuat baik. Jika orang tua masih hidup, kita harus lebih banyak menciptakan berkah bagi mereka. Jadi, kita membimbing diri sendiri sekaligus orang tua kita. Jadi, bulan tujuh juga disebut bulan penuh rasa bakti. Jadi, kini kita harus membina kebijaksanaan dan keyakinan benar.
Dalam menghadapi semua orang dan hal, kita harus menggunakan hati yang tulus. Kita hendaknya mengakumulasi kebajikan, menciptakan berkah, dan mengasihi bumi. Inilah persembahan tertulus. Semoga setiap orang dapat mengembangkan kebijaksanaan serta senantiasa membina ketulusan, rasa syukur, rasa bakti, berkah, dan sukacita.
Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita – Retret Masa Varsa (125) https://youtu.be/9hoRnp-CMfY
Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Channel
Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
Master Cheng Yen Bercerita Tayang Setiap Hari Senin Dan Selasa Pukul
06.30 Wib, 14.45 Wib, 08.30 Wib, 22.00 Wib. Hanya Di Daai Tv.
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv