Master Cheng Yen Bercerita – Pelatihan Diri Surata (081)

Video Youtube : https://youtu.be/J1Zkw3Qn2Ts

 

Dalam melatih diri, kita harus tahan terhadap kerja keras dan derita.  Meski harus sangat bekerja keras, kita harus tetap tahan dan giat bersumbangsih. Jangan karena melihat betapa susahnya melatih diri, lantas kita merasa takut dan tidak berani bersumbangsih. Kita jangan demikian. Apa yang dimaksud melatih diri ? Melatih diri berarti menahan yang sulit untuk ditahan. Kita harus tahan terhadap cobaan tanpa berkeluh kesah. Inilah praktisi sesungguhnya.

 

Di dalam sutra ada sebuah kisah seperti ini.

PELATIHAN DIRI SURATA

Ada suatu masa di Negri Sravasti, ajaran Buddha sangat berjaya. Baik Raja, mentri, maupun orang berada, semuanya sangat tulus memberi persembahan dan mendengar Dharma. Diantaranya ada seorang pria miskin yang bernama Surata. Ketulusannya terhadap ajaran Buddha melebihi siapapun. Meski dia sendiri hidup kekurangan, tetapi dia sangat gemar membantu sesama. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membantu orang yang hidup sebatang kara, orang yang menderita penyakit dan kurang mampu.

 

Dia mendapat pujian dar banyak orang. Dia sering  bermeditasi. Dia sering diantara kelompok Sangha untuk mendengar Dharma. Dewa Sakra merasa  jika Surata terus menghimpun karma baik, maka kelak posisinya akan tergantikan oleh Surata. Karena itu, dia mengutus sekelompok tentara Mara. Saat itu Surata sedang bermeditasi. Sekelompok tentara  terus memarahinya. Akan tetapi, Surata tidak mempedulikan mereka. Dewa Sakra kembali mengutus  tentara Mara yang membawa pedang dan tombak dan senjata lainnya untuk membunuh dan memukul Surata. Akan tetapi Surata tidak bergeming.

 

Dewa Sakra lalu menjelma sebagai manusia untuk mendekati Surat. Dewa Sakra mempersembahkan banyak emas, lalu berkata, “ jika kamu menerimanya, maka seumur hidup ini, kamu bisa hidup tanpa kekurangan.” “ Saya sudah sangat berpuas diri.” “Saya tidak merasa hidup kekurangan.” Dewa Sakra bertanya, “ Bagaimana jika ada banyak orang yang ingin memukul dan membunuhmu seperti tadi, apa yang akan kamu lakukan?” “Saya akan bersabar” “Bagaimana jika ada orang melukaimu dengan senjata?” “ Saya  juga harus bersabar.” “ Yang saya khawatirkan adalah mereka harus menuai buah karma buruk akibat perbuatan sendiri.” “ Apa yang kamu inginkan dari pelatihan dirimu ?”  “Saya tidak meminta apa-apa “ “ Saya hanya berharap semua makhluk di dunia dapat terbebas dari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan. “

 

Mendengarnya, Dewa Sakra kembali bertanya “ Bagaimana jika kamu menjadi Dewa Sakra ?” “ Seperti yang saya katakan, saya tak meminta apa-apa” “ Saya hanya ingin menapaki Jalan Bodhisattva  yang ditunjukkan Buddha.” Dewa Sakra merasa tenang, lalu meninggalkan tempat itu.

 

Surata hidup di jaman Buddha. Sesungguhnya di masa sekarang, kita juga sering melihat orang seperti ini. Banyak orang yang meski hidup kekurangan, tetapi tetap berusaha  untuk membantu sesama. Selain ingin membantu sesama, ditengah kehidupan serba sulit,  mereka tetap membangkitkan ketulusan untuk mendengar Dharma setiap hari. Meski tidak hidup berada, tetapi mereka sangat bekerja keras dan bersedia bersumbangsih untuk membantu orang lain. Contohnya Surata yang merupakan murid Buddha pada masa itu. Meski hidup kekurangan, tetapi beliau memiliki harapan yang sama seperti Buddha, yakni berharap semua makhluk yang menderita dapat terbebas dari penderitaan.

 

Surata memiliki hati yang setara dengan Buddha. Karena itu, Buddha sangat memuji umat perumah tangga yang hidup sangat kekurangan ini. Buddha berbagi kisah ini dengan banyak orang tentang bagaimana Surata meneguhkan tekad untuk melatih diri. Meski hidup serba kekurangan, tetapi Surata sangat gemar membantu sesama. Dia rela kelaparan demi memberi makanan kepada orang lain. Inilah kebajikannya dalam melatih diri.

 

Dalam mendalami Dharma, Buddha berharap kita dapat menapaki jalan Bodhisattva dan terjun ke tengah umat manusia tanpa takut bekerja keras. Kita harus mestabilkan pikiran. Contohnya Surata yang hidup kekurangan. Meski hidup kekurangan, tetapi Surata memiliki tekad yang teguh dan hati penuh dengan cinta kasih untuk bersumbangsih di tengah umat manusia. Dia di hormati oleh banyak orang. Bukan berarti harus menjadi orang berada baru di hormati orang-orang. Meski hidup kekurangan, tetapi dia dihormati oleh banyak orang. Buddha juga sangat memujinya. Jadi, jika kita takut bekerja keras dan menderita, bagaimana dapat disebut pelatihan diri ? Yang terpenting dalam melatih diri adalah setiap orang harus saling menginspirasi. Contohnya Surata yang hidupnya kekurangan, telah menginspiasi banyak orang. Banyak orang yang memuji dan suka berada didekatnya.

 

Ditengah masyarakat, setiap orang hendaknya memiliki sifat bersahabat seperti ini. Terhadap orang yang lebih muda, kita menggangap merka bagaikan adik. Sedangkan orang yang lebih tua, kita hendaknya mengganggap mereka bagaikan orang tua sendiri. Kita hendaknya menggangap semua orang bagaikan orang tua dan teman sendiri. Di tengah masyarakat, kita juga belajar tidak terpengaruh dan senantiasa membangkitkan hati penuh sukacita untuk perlahan-lahan berjalan menujuh kebajikan dan saling menginspirasi untuk menuju arah yang baik. Hanya dengan mengasihi sesama bagaikan keluarga, saling mendukung, dan saling menyemangati untuk menuju jalan yang baik, barulah kita memahami ajaran Buddha dan memperkaya batin.

 

Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita – Pelatihan Diri Surata (081) https://youtu.be/J1Zkw3Qn2Ts

 

Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF. Setiap Sabtu  18.30 WIB; Tayang ulang: Sabtu 22.00 WIB, Sabtu (Minggu berikutnya)  06.00 WIB

DAAITV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva