Master Cheng Yen Bercerita – Mahabhiksu Katyayana dan Raja Mandha (091)

 

 

Video Youtube :    https://youtu.be/VNauLrdF-3s

 

Diantara para murid Buddha, Katyayana adalah yang terunggul dalam memberi wejangan. Karena itu, Buddha sering mengutusnya pergi membabarkan Dharma. Saat berhadapan dengan banyak orang ataupun sedikit orang, beliau selalu dapat membantu orang melenyapkan noda batin.

 

Raja Mandha sangat mengasihi rakyatnya.  Selain itu, sang raja juga sangat mengasihi permaisurinya. Tiba-tiba, sang permaisuri menderita penyakit. Hingga akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu, Raja Mandha menolak untuk makan dan minum. Dia juga tidak mempedulikan urusan negara. Dia tidak ingin mengebumikan dan mengkremasikan sang permaisuri. Dia menggunakan minyak wijen untuk merendam sang permaisuri. Setiap hari dia meratap disana. “Kamu bukalah matamu untuk melihatku”. Menterinya sangat khawatir. Dia segera mengundang Katyayana untuk masuk ke istana.

 

Sebelum masuk ke istana, Katyayana mematahkan sebatang ranting pohon. Dengan membawa ranting pohon dan daun, beliau masuk ke dalam istana. Saat melihat Katyayana, sang raja berkata, “Yang Mulia, akhirnya Anda datang”. “Mohon Anda selamatkan permaisuri saya”. Katyayana memperlihatkan ranting pohon di tangannya dan berkata, “Anda lihat ranting pohon ini”. “Saya mematahkannya dari sebatang pohon yang lebat”. “Apa yang akan terjadi padanya beberapa hari kemudian ?”. “Rantingnya akan mengering dan daunnya akan berubah kuning serta terlepas dari ranting pohon”. “Apakah kita dapat mengembalikan ranting ini kepohonnya?”.  “Tidak mungkin”. “Ranting pohon yang sudah patah mana mungkin dapat kembali bertumbuh daun”. “Ya, permaisuri bagaikan ranting pohon ini”. “Dia tidak akan pernah kembali membuka mata untuk melihatmu lagi”.

 

Sang raja menjawab, “Namun, dia adalah permaisuri yang paling kucintai seumur hidup ini”. Katyayana menjawab, “Meski permaisuri tak dapat kembali lagi, tetapi anda masih dapat memperluas cinta kasih Anda untuk mengasihi rakyat Anda”. “Dengan begitu, maka semua orang akan hidup dengan bahagia”. “Berdoalah dengan tulus semoga kondisi iklim dapat bersahabat”. “Gunakanlah cinta kasih untuk membimbing rakyatmu agar seluruh rakyatmu dapat hidup gembira”.  “Dengan begitu, hati semua rakyat akan berpihak padamu”. “Selain permaisuri yang mengasihimu, ada banyak orang yang juga mengasihimu”.  “Pikirkanlah, bukankah cinta kasih seperti ini sangat membahagiakan ?.”

 

Setelah itu, sang raja dapat menerima kepergian permaisurinya. Singkat kata, kekuatan cinta kasih sangat besar. Ia dapat membuat seseorang terpuruk. Kekuatan cinta kasih juga dapat menjangkau rakyat di seluruh negeri. Inilah ajaran Buddha. Ajaran Buddha mengajarkan kepada kita untuk membuka hati dan melenyapkan noda batin.

 

Jika hanya berlatih sendiri, maka hanya kita seorang yang terbebaskan. Sesungguhnya, kita dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Inilah prinsip kebenaran yang kita cari.

 

Suatu kali ada seorang brahmana yang karena sangat penasaran dia datang bertanya kepada Katyayana. Dia berkata, “Manusia sering saling bertikai satu sama lain”. “Antar sesama brahmana yang melatih diri juga dapat saling bertikai akibat pandangan dan pemahaman yang berbeda-beda”. “Bahkan para bangsawan seperti raja, Menteri dan lain-lain juga saling bertikai”. “Mereka yang berkedudukan tinggi masih saling bertikai”.

 

“Sesungguhnya, apa penyebabnya ?.” Katyayana menjawab dengan sederhana, “Ketamakan dan kemelekatan membuat manusia saling bertikai”. Brahmana itu kembali bertanya, “Kabarnya antar sesama bhiksu/bhiksuni juga saling bertikai”. “Mengapa demikian ?’. “Bukankah bhiksu berada di dalam Sangha yang menerima ajaran Buddha ?.”

 

Katyayana menjawab,    “Mereka memiliki pandangan keakuan dan kemelekatan terhadap Dharma”. “Setiap orang memiliki pandangan dan keakuan masing-masing.” “Karena noda batin mereka belum terlenyapkan, mereka memiliki kemelekatan terhadap ajaran yang dibabarkan Buddha”. “Semua orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda”.

Brahmana ini kembali bertanya, “Siapa yang terbebas dari ketamakan, pandangan keakuan dan kemelekatan terhadap Dharma ?.” “Siapa yang dapat memurnikan hati, bebas dari ketamakan, bebas dari pandangan keakuan, bebas dari kemelekatan terhadap Dharma serta dapat mempraktikkan Dharma secara sempurna?”. “Siapa yang dapat melakukannya ?”. Katyayana menjawab, “Guru saya, Buddha Sakyamuni dapat melakukannya”.

 

Setelah memahami kebenaran yang diajarkan Buddha, Katyayana kembali berbagi ajaran kepada brahmana tersebut. Brahmana dapat menerimanya karena dia tahu bahwa setiap kebenaran yang dikatakan oleh Katyayana adalah benar. Karena itu dia menghormati Buddha Sakyamuni dari lubuk hati.

 

Demikianlah cara Katyayana menginspirasi sesama. Katyayana adalah murid Buddha yang terunggul dalam memberikan wejangan. Orang-orang sangat mengagumi caranya dalam membabarkan ajaran Buddha. Selain dikagumi oleh para bhiksu di dalam sangha, Buddha juga sangat memujinya. Praktisi dari ajaran lain juga sangat menghormati Katyayana. Ajaran yang dibabarkan olehnya dapat diterima oleh semua orang.

 

Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita – Mahabhiksu Katyayana dan Raja Mandha (091)

https://youtu.be/VNauLrdF-3s

 

 

Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
Setiap Sabtu  18.30 WIB; Tayang ulang: Sabtu 22.00 WIB, Sabtu (Minggu berikutnya)  06.00 WIB

TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva