Rahula adalah putra Buddha. Buddha juga membimbing anak-Nya untuk meninggalkan keduniawian. Rahula sudah menjadi Sangha sejak belia. Meski sangat usil, tetapi orang-orang sangat mengasihinya. Buddha juga mendidik Rahula dengan ketat. Rahula perlahan-lahan bertumbuh besar.

Suatu sore, Buddha membabarkan Dharma untuk para murid-Nya. Rahula mendengarnya hingga dipenuhi sukacita. Saat senja, setiap anggota Sangha kembali ke kamar tidur masing-masing. Saat tiba di kamar tidur, Rahula melihat jubah dan mangkuknya diletakkan di luar. Dia lalu mengetuk pintu. Orang yang membuka pintu adalah seseorang yang datang dari tempat jauh untuk mendengar Dharma.

Berhubung dia harus menginap, maka ada orang mengantarnya ke kamar tidur Rahula. Mendengarnya, Rahula pun berpikir, “Setiap orang memiliki kamar masing-masing. Saya harus tinggal di mana malam ini?” Tiba-tiba turun hujan lebat. Berhubung tidak punya tempat untuk berteduh, Rahula pun berlari ke kamar kecil. Saat duduk di kamar kecil, dia mulai berpikir, “Saya tidak memiliki tempat berteduh. Kondisi saya sungguh menyedihkan.”

Namun, saat timbul pikiran seperti itu, dia segera mengingatkan dirinya, “Kini saya tengah melatih diri. Karena itu, saya harus bersabar. Saya harus meneguhkan pikiran.” Hujan turun semakin lebat sehingga mulai ada genangan air. Berhubung air terus mengalir masuk ke lubang tanah, seekor ular berbisa pun keluar dari sarangnya. Pada saat Buddha tengah bermeditasi, tiba-tiba muncul Rahula di dalam benaknya.

Buddha segera berjalan keluar untuk melihat. Buddha berjalan mendekati kamar kecil dan berdeham di depannya. Rahula yang berada di dalam kamar kecil ikut berdeham. Buddha bertanya, “Siapa yang berada di dalam?” “Saya Rahula.” Buddha melanjutkan, “Keluarlah, Rahula. Ada yang ingin Aku katakan pada engkau.” Rahula segera datang ke hadapan Buddha.

Saat melihat Buddha, Rahula tak kuasa diri menahan diri untuk berlutut dan memeluk kaki Buddha sambil menangis. Buddha membungkukkan badan untuk menuntun Rahula berdiri dan memintanya untuk membalikkan badan. “Lihatlah, ular berbisa itu sudah masuk ke kamar kecil.” Rahula terkejut saat melihatnya. “Yang Dijunjung, terima kasih karena telah menyelamatkanku.” Buddha pun menghiburnya dan mengajaknya ke kamar tidur agar Rahula dapat tidur dengan tenang.

Malam itu, Rahula dan Buddha tinggal di satu kamar yang sama. Menurut peraturan Sangha pada masa itu, anggota Sangha dan sramanera tidak boleh berbagi kamar. Namun, kasus Rahula adalah pengecualian. Setelah itu, Buddha mengumumkan kepada para anggota Sangha bahwa kelak anggota Sangha harus bertanggung jawab untuk menjaga para sramanera, para sramanera, termasuk menyediakan tempat tinggal yang aman dan tempat tinggal yang aman dan menjadi sandaran batin bagi mereka.

Sejak saat itu, anggota Sangha dan sramanera dapat berbagi kamar lebih dari 2 hari, tetapi dalam keseharian, mereka tetap memiliki kamar masing-masing. Inilah kehidupan Sangha pada masa Buddha hidup. Suatu kali, Rahula dan Sariputra bersama-sama pergi menerima persembahan. Saat dalam perjalanan, ada sekelompok pengemis yang mengelilingi mereka dan meletakkan kotoran di mangkuk Sariputra. Karena tidak tega melihatnya, Rahula pun berusaha menolong. Namun, orang-orang itu malah marah dan melukai Rahula dengan pentung.

Rahula merasa marah. Namun, Sariputra segera menenangkannya dengan berkata, “Kita harus bersabar. Kita harus menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Tujuan kita menerima persembahan adalah demi mendekatkan diri dengan masyarakat agar setiap orang memiliki kesempatan untuk menanam berkah. Lewat cara inilah kita membimbing semua makhluk.”

Setelah mendengarnya, Rahula menyadari bahwa dirinya harus berlapang dada, menyerap Dharma ke dalam hati, dan tahan terhadap cobaan dalam kehidupan ini. Kita harus tahan terhadap sikap buruk dari orang lain. Jadi, kita harus bersabar meski mengalami sedikit luka atau sedikit berdarah. Rahula pun mengubah rasa marah menjadi rasa hormat dan penuh syukur.

Dari kisah ini, kita dapat melihat Rahula yang masih belia dan usil, tetapi sesungguhnya dia memiliki akar kemampuan yang tajam. Berkat bimbingan Buddha yang penuh welas asih dan kebijaksanaan, Rahula mulai membuka hatinya dan menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Berkat bimbingan Buddha yang ketat, pelatihan diri Rahula terus berkembang. Ini sama seperti pohon. Setelah bertumbuh besar, pohon akan berbunga dan berbuah, lalu kembali menghasilkan banyak bibit. Karena itu, kita harus sangat  bersungguh hati mendalami Dharma.