Master Cheng Yen Bercerita – Dewa Sakra Melindungi Makhluk Hidup ( 012 )

Master Cheng Yen sering mengulas tentang pelatihan ke dalam dan praktik ke luar. Pelatihan ke dalam berarti menjaga pikiran kita dan memperhatikan setiap niat yang timbul.  Praktik ke luar berarti kita harus menjaga sikap dan perilaku kita dengan baik. Jika pelatihan ke dalam kita baik, secara alami ia akan terpancar lewat perilaku kita.

Setiap ucapan, tindakan,  dan pikiran kita harus dijaga dengan baik. Inilah yang disebut membina batin dan fisik. Tujuan kita mempelajari ajaran Buddha adalah menjadi seperti Buddha yang memiliki keluhuran, cinta kasih, welas asih dan kebijaksanaan yang sempurna. Tanpa  cinta kasih, welas asih dan kebijaksanaan, seseorang tak akan memiliki sifat luhur. Jadi cinta kasih, welas asih dan kebijaksanaan bersumber dari dalam hati. Sementara itu, keluhuran adalah sikap kita pada saat berinteraksi dengan orang atau menangani suatu hal. Ini disebut keluhuran. Untuk memiliki keluhuran, kita harus melatih diri. Kita harus senantiasa menghormati Dharma, memiliki hati yang di penuhi Dharma dan bertindak sesuai dengan Dharma. Segala perbuatan kita jangan terlepas dari Dharma.

Selama beberapa waktu, Buddha berada di Jetavana untuk membabarkan Dharma kepada para murid-Nya.  Saat itu, Buddha menceritakan sebuah kisah dengan harapan para murid-Nya bisa membina cinta kasih dan welas asih dengan baik.

Suatu kali, para asura menyatakan perang kepada Sakra. Dewa Sakra telah menerima sila Buddha dan sangat menghormati ajaran Buddha. Para asura terus menyerang para dewa. Namun, karena tidak ingin melukai makhluk hidup lain, Dewa Sakra memilih untuk mundur dan menghindar dari asura. Dia memimpin para prajuritnya untuk mundur. Hingga ketika mereka sudah di hutan, Dewa Sakra melihat pohon yang sangat besar. Dewa Sakra sering keluar untuk melihat pohon itu. Jadi dia tahu bahwa ada burung yang bersarang di sana. Dia tahu saat itu induk burung sedang mengerami telur di san. Kemungkinan anak burung sudah akan keluar dari telurnya.

Jika mereka membuat burung-burung itu ketakutan dan mengakibatkan sarang burung jatuh, maka mungkin burung-burung itu akan mati. Oh, itu tak boleh terjadi. Dewa Sakra berbalik dan berkata “Kita kembali saja”, kusir kudanya berkata, Äsura masih mengejar kita dibelakang” Dewa Sakra berkata “Lihatlah, ada induk burung tengah membuat sarang di pohon ini “di dalam sarang pohon itu ada telur burung” “Jika kereta kita terus maju. Burung-burung itu akan ketakutan dan sarangnya akan jatuh, Jika demikian kita akan melukai makhluk hidup “Ini tak boleh terjadi” “Buddha mengajarkan kepada kita untuk menghormati kehidupan semua makhluk” saya rela kembali meski harus terbunuh oleh asura. Jadi merekapun kembali. Para asura pun sangat terkejut melihat Dewa Sakra dan prajuritnya kembali lagi. Para Asura khawatir Dewa Sakra punya strategi baru atau mendapat tambahan kekuatan yang besar. Karena ketakutan, para asurapun bergegas mundur dan melarikan diri.

Buddha berkata kepada para bhiksu, “Lihatlah, karena memiliki cinta kasih dan welas asih, Dewa Sakra terhindar dari bahaya dan peperangan “Bahkan nyawa burung juga terselamatkan. Dewa Sakra yang merupakan Raja Dewa rela mengalah kepada asura demi cinta kasih dan welas asih

Terlebih lagi kita sebagai praktisi Buddhis harus memiliki welas asih dan kebijaksanaan serta senantiasa melindungi kehidupan semua makhluk inilah kisah yang di babarkan Buddha kepada muridnya di Jetavana.

Demi membimbing semua makhluk agar membina cinta kasih dan welas asih, serta membangkitkan kebijaksanaan, Buddha menggunakan berbagai perumpamaan dan metode terampil. Buddha memberi bimbingan sesuai kemampuan masing-masing makhluk, sesuai dengan kondisi jaman dan sesuai dengan gaya hidup masing-masing makhluk. Jadi, Buddha datang ke dunia dalam waktu yang berbeda-beda, dalam ras yang berbeda-beda, dan wujud tubuh yang berbeda-beda, bukan hanya dalam wujud manusia.

Di dalam kitab Jataka, ada kisah Buddha, yang lahir dalam enam alam kehidupan. Baik alam dewa, alam manusia, maupun tiga alam rendah, yang meliputi alam neraka, alam setan kelaparan dan alam binatang, Buddha juga pernah lahir di sana. Buddha menggunakan metode terampil untuk membimbing semua makhluk. Contohnya Buddha mengajarakan para murid Nya. untuk membina cinta kasih dan welas asih serta menghormati kehidupan.

Bagaimana cara membina cinta kasih dan welas asih. Serta menghormati kehidupan ? Adakah kesempatan bagi para praktisi, untuk membina cinta kasih dan welas asih dan menghormati kehidupan ? Buddha menceritakan betapa Dewa Sakra menghormati dan menerima Dharma sehingga tahu untuk melindungi kehidupan burung. Ini adalah sebuah perumpamaan. Buddha menceritakan kisah itu agar para murid Nya lebih memahami apa yang di sebut hati yang penuh cinta kasih dan welas asih. Jadi, agar kebenaran lebih mudah dipahami, kita perlu menggunakan contoh. Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh memahami ajaran Buddha. Setelah memahami ajaran Buddha, kita harus sungguh-sungguh mempraktikkannya agar bisa mengembangkan kebajikan di dunia. Didalam kehidupan sehari-hari kita terdapat banyak Dharma. Karenaitu, kita harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah kisah nya dituliskan dari Video Master Cheng Yen  Bercerita – Dewa Sakra Melindungi Makhluk Hidup (012) https://youtu.be/vuSmofkt_oY

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva