Keharmonisan di dunia mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi umat manusia. Ini bukan hal yang tak mungkin asalkan setiap orang bersedia membangun tekad. Aksara Mandarin “dao” (membimbing) adalah gabungan aksara “dao” (jalan) dan “cun” (inci). Aksara Mandarin sangat indah dan bermakna. Aksara Mandarin “dao” (jalan) dengan “cun” (inci) di bawahnya membentuk aksara “dao” (membimbing).

Kita jangan hanya menapaki jalan sendiri, tetapi juga harus membimbing sesama untuk menapaki jalan kebajikan. Orang yang menapaki jalan kebajikan akan memahami kebenaran. Kita jangan terlepas dari prinsip kebenaran. Perilaku kita harus sesuai dengan prinsip kebenaran.

Kondisi batin kita haruslah tetap hening dan jernih agar dapat membedakan yang benar dan salah serta dapat membimbing setiap orang ke jalan yang benar. Kita harus ingat bahwa gabungan aksara Mandarin “dao” (jalan) dan “cun” (inci) membentuk aksara “dao” (membimbing).

Ada sebuah kuil kecil di wilayah pegunungan. Di sana tinggal seorang bhiksu tua dan sramanera muda. Suatu hari, mereka pergi ke kota untuk menerima persembahan. Orang-orang di kota sangat menghormati bhiksu tua. Mereka memberinya banyak uang dan makanan.

Dalam perjalanan pulang, mereka melihat seorang nenek terbaring di tanah dan terlihat sangat kelaparan. Bhiksu tua itu berkata, “Berikan makanan untuk nenek ini. Berikan juga sedikit uang agar nenek ini dapat pulang dengan selamat.” Sramanera muda ini merasa sangat tidak rela. Dia hanya memberinya sedikit makanan dan uang. Sramanera muda itu berpikir, “Kita sangat bersusah payah menggalang dana demi merenovasi kuil agar menjadi sangat megah.”

Gurunya berkata padanya, “Setelah berbuat baik, bukankah seharusnya merasa gembira? Mengapa kamu malah tidak gembira?” Sramanera muda menjawab, “Berbuat kebaikan memang sangat bagus. Namun, saya ingin menunggu hingga kuil kita selesai direnovasi. Jika ada sisa, maka saya akan berbuat baik.” Setelah mendengarnya, bhiksu tua itu menghela napas.

Beberapa tahun kemudian, bhiksu tua meninggal dunia. Tanggung jawab untuk merenovasi kuil pun jatuh pada sramanera muda ini. Setelah pembangunan aula utama rampung, karena merasa wilayah itu masih sangat luas, dia pun membangun tempat tinggal untuk para bhiksu.  Setelah itu, dia berpikir bagaimana agar kelak para bhiksu dapat bercocok tanam sendiri.

Karena itu, dia pun membeli tanah di sekeliling kuil. Dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menerima persembahan dan membangun kuil. Akhirnya, kuil itu berdiri dengan megah. Akan tetapi, umat yang datang sangat sedikit. Saat itu, dia sudah berusia lanjut. Dia teringat bahwa sebelum meninggal, gurunya memberikan sebuah Sutra padanya. Gurunya menunjuk Sutra itu sambil mengatakan sesuatu, tetapi suaranya tidak terdengar. Setelah itu, gurunya meninggal dunia.

Dia pun segera mengeluarkan Sutra itu. Di halaman pertama, gurunya menulis, “Menolong orang sekali lebih baik dari melafalkan Sutra 10 tahun.” Dia menghabiskan puluhan tahun untuk melafalkan Sutra dan menerima persembahan. Kuil dibangun hingga demikian besar, tetapi umat yang datang sangat sedikit. Jika saat itu dapat mendengar perkataan gurunya, entah berapa banyak kebaikan yang sudah dilakukan olehnya.

Dia sangat menyesal dan bertobat. Meski sudah meninggalkan keduniawian dan belajar banyak kebenaran dari Sutra, tetapi dia tidak mempraktikkannya. Dia hanya tahu membangun kuil dan membeli tanah. Dia menyadari kekeliruannya.

Dalam berbuat kebaikan, kita harus memanfaatkan waktu dan menggenggam setiap kesempatan yang ada. Selain itu, kita juga harus membimbing sesama untuk berjalan ke arah yang benar. Apa yang disebut berkah? Orang yang dapat dipercayai, diyakini, dan diakui sesama adalah orang yang baik dan orang yang memiliki berkah.

Jika segala perbuatan kita tidak mendapat pengakuan dan keyakinan dari orang-orang, maka meski memiliki status sosial yang tinggi, ketenaran, dan kekayaan, semua itu tidaklah berguna. Jadi, memiliki uang yang banyak belum tentu memiliki kebahagiaan. Belum tentu. Ada banyak orang yang gemar berbuat baik, tetapi kondisi hidupnya kurang baik dan banyak hal tak berjalan dengan lancar. Akan tetapi, mereka sanggup bertahan karena menerima doa dari banyak orang. Selain itu, mereka juga terus bersumbangsih. Berkah seperti ini sangat besar.

Sebaliknya, jika berbuat kejahatan, maka kita akan dibenci dan dijauhi banyak orang. Sang penyelamat dalam hidup adalah orang-orang yang dapat membimbing kita untuk melakukan kebaikan. Meski kehidupan di dunia ini penuh dengan penderitaan, tetapi juga terdapat banyak kebahagiaan.

Kita hendaknya menyadari berkah sendiri. Memandang ke seluruh dunia ini, ada banyak orang yang hidup serba kekurangan dan menghadapi kelaparan. Karena itu, kita harus segera mengimbau orang-orang untuk mendekatkan diri dengan mitra yang baik, menjadi guru tak diundang bagi orang lain, dan menjadi teman yang memberi manfaat. Setiap orang hendaknya saling membimbing untuk mendalami prinsip kebenaran dan menapaki jalan kebajikan.

 

Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita – Bhiksu Tua dan Sramanera Muda (052) https://youtu.be/fP3DyHSbhlc

 

Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
Setiap Sabtu  18.30 WIB; Tayang ulang: Sabtu 22.00 WIB, Sabtu (Minggu berikutnya)  06.00 WIB

TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva