Master Cheng Yen Bercerita –  Balas Budi Si Rubah (093)

Video Youtube :  https://youtu.be/kHs1aow6vJg

Saya sering berkata kepada kalian bahwa apa pun yang dihadapi, kita harus senantiasa bersyukur, saling menghormati, dan mengasihi. Kita harus senantiasa memiliki hati penuh rasa hormat. Dengan begitu, pada saat berinteraksi dengan sesama atau menangani suatu masalah, akan timbul ketulusan dan sikap hormat di dalam hati kita.

Selain harus memiliki ketulusan di dalam hati, kita juga jangan bermalas-malasan. Setiap hari, kita harus tekun dan bersemangat serta senantiasa dipenuhi rasa syukur. Lihatlah betapa banyak orang yang hidup kesulitan dari segi sandang, pangan, dan papan. Mereka hidup serba sulit. Karena itu, mana boleh kita hidup bermalas-masalan? Kita tidak boleh bermalasan-malasan karena kita tahu bahwa kehidupan ini tidak kekal dan sangat singkat.

Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik dan menggunakan rasa hormat dan ketulusan saat berinteraksi dengan orang atau menangani masalah. Dengan hati penuh rasa hormat, barulah sebuah organisasi dapat rapi dan harmonis. Jadi, selain harus tekun dan bersemangat, kita juga harus hidup harmonis dengan sesama. Ini harus dimulai dari ketulusan dan rasa hormat.

Kita jangan bermalas-malasan. Untuk tekun dan bersemangat, kita harus berani. Apa pun yang dilakukan, kita harus memiliki ketekunan dan semangat. Kita juga tidak boleh kekurangan keberanian. Setiap saat, kita harus memiliki keberanian, ketekunan, dan semangat. Pada saat timbul noda batin, karena adanya keberanian dan ketekunan, kita dapat segera mencegah diri dari perbuatan buruk.

Dengan adanya ketekunan dan semangat, baru kita dapat melenyapkan kegelapan dan noda batin. Karena itu, kita harus senantiasa melatih diri tanpa henti. Kita harus mencegah agar tabiat buruk di masa lalu tidak kembali lagi. Kita juga harus senantiasa melatih ketekunan dan semangat.

Di dalam Sutra ada sebuah kisah tentang seekor rubah yang membalas budi. Pada berkalpa-kalpa dahulu, di sebuah hutan di pegununan, hidup 500 ekor rubah. Di dalam hutan itu, hidup banyak binatang besar dan kecil. Binatang yang terkuatlah yang menjadi raja di hutan. Singa ini adalah raja di hutan itu. Saat singa ini berjalan keluar, binatang-binatang lain akan menghindar.

Rubah yang bertubuh lebih kurus dan kecil berpikir bahwa dengan mengikuti di belakang singa, mereka tidak akan kelaparan ataupun tertindas. Karena itu, 500 ekor rubah itu selalu mengikuti di belakang singa. Mengetahui bahwa ada kawanan rubah yang mengikuti di belakang, sang singa pun sengaja menyisakan makanan. Berkat sang singa, kawanan rubah hidup dengan gembira di hutan.

 

Suatu hari, singa itu berjalan-jalan di luar hutan. Akibat kurang berhati-hati, ia terjatuh ke dalam sebuah lubang. Melihat singa terjatuh di dalam lubang, 500 ekor rubah itu tidak tahu apa yang harus diperbuat. Melihat singa itu terperangkap di dalam lubang, 499 ekor rubah pun bubar meninggalkan singa itu dalam kesulitan. Namun, ada seekor rubah yang tidak beranjak dari sana. Ia berdiri di sana sambil berpikir bagaimana cara menolong singa itu.

Ia terus berpikir dalam hati, “Berkat singa ini, aku dapat hidup dengan tenang. Namun, kini singa ini dalam kesulitan, aku harus menyelamatkannya. Aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkannya.” Tubuh singa begitu besar, sedangkan tubuh rubah begitu kecil, apa yang harus dilakukan? Ia pun mendapatkan ide. Ia melihat banyak tanah di sekitar. Ia lalu segera berkata kepada raja singa, “Kau mundurlah. Aku akan berusaha untuk mengorek tanah ke dalam lubang.” Singa itu pun menuruti perkataan si rubah untuk mundur.

Rubah itu menggunakan kakinya untuk mengorek tanah ke dalam lubang. Meski tenaganya sangat kecil, tetapi ia terus mengoreknya sehingga perlahan-lahan ada sedikit tumpukan tanah. Setelah itu, raja singa menginjak tumpukan tanah untuk keluar dari lubang. Demikianlah singa pun terselamatkan. Inilah kisah yang pernah diceritakan Buddha. Bercerita sampai di sini, Buddha berkata kepada para muridnya,”Tahukah kalian? Raja singa yang jatuh ke dalam lubang adalah Aku pada salah satu kehidupan lalu, sedangkan rubah itu adalah Ananda yang sekarang.” Itulah yang terjadi di salah satu kehidupan lalu.

“Sementara itu, 499 ekor rubah yang lain adalah pengikut Devadatta yang membangkang terhadap ajaran Buddha.” Selain tidak membalas budi, mereka juga mencoba melukai kelompok Sangha. Meski pernah menerima bantuan dari singa, tetapi mereka tidak tahu untuk membalas budi, malah sebaliknya mereka ingin mencelakai Sangha. Hanya Ananda yang terus mengikuti Buddha.

 

Pada salah satu kehidupan, Ananda adalah seekor rubah. Ia sangat berterima kasih kepada raja singa yang telah menjaga keselamatan dan menyisakan makanan untuk mereka sehingga mereka dapat hidup dengan tenang. Karena itu, ia sangat berterima kasih atas budi singa. Buddha menggunakan kisah ini sebagai perumpamaan dengan harapan setiap orang dapat membuka hati dan melapangkan dada untuk menciptakan berkah bagi umat manusia serta mengembangkan kebijaksanaan.

 

Berkah diperoleh dari sukacita yang datang dalam bersumbangsih, sedangkan kebijaksanaan adalah kedamaian batin yang diperoleh dari sikap penuh pengertian. Ini dapat diperoleh dari pelatihan diri di tengah umat manusia.

 

Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita –  Balas Budi Si Rubah (093) https://youtu.be/kHs1aow6vJg

 

Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
Setiap Sabtu  18.30 WIB; Tayang ulang: Sabtu 22.00 WIB, Sabtu (Minggu berikutnya)  06.00 WIB

TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva