Kehidupan seperti apakah yang terbaik? Kehidupan yang dipenuhi rasa puas. Selain berpuas diri, kita juga harus senantiasa bersyukur. Orang yang tahu berpuas diri secara alami akan memiliki rasa syukur. Orang yang tahu berpuas diri dan bersyukur adalah orang yang paling dipenuhi berkah karena mereka tidak mengejar kekayaan ataupun kenikmatan hidup.

Semakin banyak nafsu keinginan, semakin banyak pula penderitaan. Orang yang tahu berpuas diri tidak memiliki nafsu keinginan. Orang zaman dahulu berkata bahwa orang yang tidak memiliki nafsu keinginan akan secara alami berbudi pekerti tinggi. Ini hendaknya dijadikan sebagai teladan.

Perlukah kita mengejar ini dan itu? Tidak perlu. Terhadap kondisi kehidupan kita sekarang, kita hendaknya berpuas diri dan bersyukur. Dengan bersyukur kepada alam, semua orang, semua makhluk hidup, dan segala sesuatu dalam kehidupannya, seseorang akan merasa tenang, damai, dan bahagia.

Jadi, orang yang tidak memiliki nafsu keinginan adalah orang yang paling kaya. Saat orang-orang sudah kaya akan materi, tetapi masih menginginkan lebih banyak, apakah mereka akan merasa puas? Tidak. Demikianlah kehidupan mereka. Apakah kekayaan materi membawa kebahagiaan bagi mereka? Tidak. Semakin banyak yang diperoleh, mereka semakin takut kehilangan. Mereka selamanya tidak akan merasa puas. Jadi, banyaknya nafsu keinginan membuat orang merasa tidak puas.

Dahulu, ada sebuah keluarga. Berhubung sang ayah sudah tiada, sang ibu membesarkan tiga putri seorang diri. Keluarga ini hidup kekurangan. Sang ibu membawa ketiga putrinya untuk bekerja sebagai pelayan di rumah orang lain. Kehidupan sang ibu dan ketiga putrinya serba kekurangan.

Saat itu, ada seekor angsa yang semua bulunya berwarna emas dan berkilau. Suatu hari, angsa itu terbang ke hadapan mereka. Ia berkata kepada ketiga gadis itu, “Di kehidupan lampau, aku adalah ayah kalian. Aku tahu bahwa ibu kalian bersusah payah untuk membesarkan kalian. Kalian dapat mencabut beberapa helai bulu dari tubuhku, lalu menjualnya untuk kebutuhan hidup kalian. Aku akan datang menemui kalian secara berkala agar kalian dapat mencabut beberapa helai buluku untuk dijual.”

Sang ibu dengan cepat mencabut bulunya. Setiap orang mencabut 5 helai bulu angsa. Sang ibu lalu mengikatnya menjadi satu dan menjualnya. Hasil penjualan bulu angsa itu lebih dari cukup untuk kebutuhan mereka. Angsa itu datang setiap 3 hingga 5 hari sekali agar mereka dapat mencabut seikat bulu angsa emas. Karena itu, kehidupan mereka sangat stabil.

Namun, suatu hari, sang ibu berkata pada ketiga putrinya, “Manusia saja tidak dapat diandalkan, apalagi angsa emas ini. Meski ia datang setiap 3 hingga 5 hari sekali dan kita masing-masing dapat mencabut 5 helai bulu, tetapi kita tidak tahu kapan ia akan berhenti dan tidak datang lagi. Jika ia datang lagi, kita cabut semua bulunya saja agar kita dapat memiliki lebih banyak tabungan.”

Suatu hari, angsa itu datang lagi. Sang ibu menyuruh putri-putrinya untuk mencabut semua bulu angsa itu. Setelah tidak ada sehelai bulu pun yang tersisa, ia tidak dapat terbang ataupun kabur. Lalu, mereka memeliharanya di kandang. Perlahan-lahan, bulu angsa itu pun tumbuh. Namun, bulunya tak lagi berwarna emas, melainkan bulu putih biasa.

Berapa banyak materi yang bisa kita miliki di dunia? Itu di luar kendali kita. Itu bergantung pada karma dan jalinan jodoh kita di kehidupan lampau. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Jika kita terlahir di negara yang makmur dan keluarga yang berada dengan orang tua yang baik, berarti kita telah menabur benih karma baik di kehidupan lampau.

Bagaimana dengan jalinan jodoh? Jika kita memiliki jalinan jodoh baik, selain memiliki orang tua, saudara, dan teman yang baik, kita juga akan hidup berada. Apakah ini membuat orang-orang puas? Manusia memiliki banyak tabiat buruk. Dalam kehidupan orang berada, terdapat banyak kekurangan. Ada sebagian yang tidak tahu berpuas diri dan tidak tekun melatih diri. Saat bergaul dengan teman yang tidak baik, mereka akan tenggelam dalam kesenangan sesaat. Inilah kekurangan dalam kehidupan orang berada.

Apakah mereka bahagia? Tidak. Tenggelam dalam kesenangan sesaat membuat mereka menginginkan lebih banyak. Mereka sungguh tidak bahagia. Mereka hidup berada karena karma dan jalinan jodoh di kehidupan lampau, tetapi tidak tahu untuk menggenggam kesempatan guna mendalami prinsip kebenaran dan mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih. Ini sungguh disayangkan. Mereka tidak tahu untuk bersumbangsih, hanya terus mengejar ini dan itu.

Saudara sekalian, apa pengaruh batin yang miskin atau batin yang kaya bagi kehidupan kita? Batin yang kaya membuat kita merasa bahagia dan bersedia bersumbangsih bagi dunia, sedangkan batin yang miskin membuat kita khawatir akan memperoleh dan kehilangan. Inilah prinsip kebenaran yang diajarkan oleh Buddha pada kita. Kita harus memahaminya secara tuntas.

Dengan wawasan yang luas, kita dapat menciptakan berkah bagi orang banyak. Ada orang yang kekurangan materi, tetapi kaya batinnya. Ada pula orang yang kaya secara materi, tetapi miskin batinnya. Kita hendaknya memahami bahwa hati adalah pelopor segalanya.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras: Khusnul Khotimah