Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dengan kondisi luar dapat memengaruhi pikiran yang timbul. Jika pikiran tidak dijaga dengan baik, ia akan bagai kera atau kuda yang tidak terkendali. Jika pikiran kita tidak selaras, adakalanya kita dapat melukai orang lain dan diri sendiri. Karena itulah, kita harus menyelaraskan pikiran. Selain menyelaraskan pikiran, kita juga harus belajar untuk menjaga pikiran. Menjaga pikiran sangatlah penting.
Saya berharap kita dapat senantiasa mengingatnya saat berinteraksi dengan kondisi luar. Saat bertemu kondisi luar yang baik, apakah pikiran kita patut menyatu dengannya? Saat bertemu kondisi luar yang buruk, kita hendaknya segera menjauhinya. Ini juga bergantung pada pikiran kita. Apakah pikiran kita diselimuti noda batin? Saat bertemu dengan kondisi luar yang baik, mengapa kita tidak dapat menyatu dengannya? Itu karena pikiran kita diselimuti noda batin.
Saat pikiran kita bersentuhan dengan objek, timbullah niat baik ataupun buruk. Ada sebagian orang yang tidak bisa membedakan benar dan salah ataupun baik dan buruk. Saat mendengar prinsip kebenaran, mereka segera menerimanya dengan gembira. Namun, saat mengalami sesuatu yang buruk, mereka tidak mempraktikkan prinsip kebenaran itu. Jadi, mereka menjauhi prinsip kebenaran dan mengikuti sesuatu yang tidak benar sehingga menyimpang dari jalan yang benar. Ini sungguh membuat orang putus asa. Ini juga terjadi pada zaman Buddha.
Sebagian orang memilih jalan yang salah. Orang-orang yang terus melakukan kesalahan membutuhkan prinsip kebenaran dan bimbingan. Jadi, tidak peduli menghadapi kondisi luar seperti apa, kita harus bisa menganalisis dan memahaminya dengan saksama. Setelah itu, barulah kita bisa membedakan yang baik dan buruk.
Di sebuah keluarga berada, kedua orang tua sangat berharap putra tunggal mereka berpendidikan dan bermoral agar kelak dapat meneruskan usaha keluarga. Mereka mempekerjakan guru terbaik. Tidak peduli berapa biaya yang dikeluarkan, mereka hanya berharap dapat mendidik anak mereka dengan baik. Namun, anak ini sulit diajari. Gurunya terus berganti dari waktu ke waktu. Kedua orang tuanya sangat sedih, tetapi tidak pernah menyerah padanya.
Saat menginjak usia muda, dia bukan hanya tidak patuh pada orang tua, tetapi juga bertutur kata kasar pada mereka. Kedua orang tuanya akhirnya menyerah. Dia selalu bermalas-malasan, gemar bersenang-senang, berjudi, dan mabuk-mabukan.
Suatu hari, orang tuanya berkata padanya, “Engkau hampir menghabiskan semua harta kekayaan kami.” Dia pun mulai menjual semua barang berharga di rumahnya hingga tak ada lagi yang tersisa. Kedua orang tuanya akhirnya tidak tahan lagi dan mengusirnya dari rumah.
Beberapa waktu kemudian, tubuhnya menjadi sangat kotor dan semua orang menghindarinya. Dia lalu berpikir, “Buddha adalah yang paling berwelas asih. Aku hendaknya pergi mencari Buddha.” Dia pun pergi ke vihara Buddha dan memohon untuk menjadi murid-Nya.
Buddha berkata padanya, “Sekarang engkau belum pantas.”
Dia bertanya, “Bagaimana agar aku pantas?”
Buddha lalu berkata padanya, “Tidak melantunkan ajaran adalah noda ucapan. Engkau hendaknya mempelajari kembali apa yang gurumu ajarkan dahulu. Tanpa pendidikan, semua ucapanmu tidak murni. Tidak rajin adalah noda keluarga. Sekarang engkau hendaklah pulang ke rumah dan memulai segalanya dari awal. Engkau harus rajin. Tidak agung adalah noda rupa. Lihatlah betapa berantakan dan kotornya dirimu. Engkau harus segera membersihkan diri. Lengah adalah noda perbuatan. Jangan bermalas-malasan. Engkau harus menggenggam waktu. Jika engkau tidak rajin, hal yang baik juga akan berubah menjadi hal yang buruk. Kemudian, kikir adalah noda dana. Jika engkau menghasilkan uang, janganlah kikir. Engkau hendaklah berdana dengan sukacita. Lalu, tidak bajik adalah noda karakter. Kita hendaklah senantiasa membina pikiran baik. Dalam menghadapi semua orang dan segala hal, kita hendaklah membina kebajikan di dalam hati. Dengan berbuat baik, barulah kita bisa memiliki keluhuran. Kejahatan adalah noda dari kehidupan ke kehidupan. Saat membangun usaha atau rumah tangga, janganlah menggunakan cara yang tidak benar. Jika engkau melakukan perbuatan buruk, dampaknya akan bertahan hingga selamanya. Bukan hanya di kehidupan sekarang, tetapi di kehidupan mendatang, engkau juga akan menderita. Jadi, engkau harus selalu jujur. Engkau hendaklah segera belajar untuk menjauhi hal-hal tidak benar yang Aku sebutkan tadi.”
Buddha menasihatinya dengan penuh welas asih hingga pemuda itu akhirnya tersadarkan.
Dia berkata kepada Buddha, “Aku akan melakukannya. Setelah melakukan semua ini, aku akan kembali.” Dia lalu pulang ke rumah, bertobat kepada orang tuanya, dan memulai hidup baru.
Dengan sangat tekun, dia mempelajari buku-bukunya dahulu dan menjalankan usaha keluarganya hingga usaha keluarganya bangkit kembali. Dia juga memperoleh pujian dari semua orang. Bisa kembali pada jalan yang benar sangatlah berharga.
Tiga tahun kemudian, dia kembali berkunjung ke vihara Buddha. Dia bersujud di hadapan Buddha dan menyatakan tekadnya untuk meninggalkan keduniawian. Dengan penuh sukacita, Buddha menerimanya menjadi murid-Nya.
Dia telah membuka halaman baru dalam hidupnya. Di antara murid-murid Buddha, dia termasuk salah satu yang terbaik. Jadi, dalam hidup ini, kita hendaknya bisa membedakan baik dan buruk.
Saat melihat atau mendengar sesuatu, kita hendaknya terlebih dahulu mencari tahu prinsip kebenaran yang terkandung di dalamnya serta bisa membedakan benar dan salah. Setelah itu, barulah kita bisa mengambil keputusan yang benar.
Contohnya pemuda dalam kisah ini. Meski telah melakukan kesalahan, tetapi asalkan dapat menemukan lentera yang menerangi jalannya, dia dapat kembali pada jalan yang benar dan terus melangkah maju dengan tekun. Dia bertekad untuk memperbaiki diri dan melakukan kebaikan. Inilah hal yang benar. Jadi, segala sesuatu bergantung pada pikiran.
Saudara sekalian, ingatlah bahwa saya berulang kali mengulas hal ini hanya agar orang-orang dapat kembali pada hati yang polos dan murni tanpa noda.