Master Cheng Yen Bercerita ” Menyalakan Pelita Bathin ” (025)
Ditengah kondisi yang hening ini, apakah setiap orang bisa melihat ke dalan diri dengan jelas ? apakah kita memperhatikan setiap tarikan napas kita ? Jika tarikan napas yang kasar saja tidak bisa kita perhatikan bagaimana kita menilik kondisi batin kita ?. Karena itu, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan. Adakalanya, untuk bersikap layaknya manusia sungguh tidak mudah. Seseorang mungkin terlihat sangat berkepribadian baik, tetapi saat belenggu noda batin bangkit, mereka juga bisa kehilangan kepribadiaan baik.
Karena itu, kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk membimbing dan berinteraksi dengan mereka. Saat ada orang yang menderita kita harus mengembangkan cinta kasih dan welas asih untuk menyelamatkan mereka. Sesuai dengan kemampuan dan jenis makhluk hidup yang akan dibimbing, kita membangkitkan hati Bodhisattva dan menjalankan puluhan ribu praktik. Artinya kita menggunakan berbagai jenis cara untuk membimbing semua makhluk. Berapa banyak waktu yang diperlukan ? Tidak terhingga.
Dahulu, kini dan kelak, selama jangka waktu yang panjang ini, kita harus membangun tekad yang teguh. Sama seperti saat ada satu orang menyalakan sebatang lilin lalu ada banyak orang ikut menyalakan lilin dari api lilin itu. Jika demikian, tempat yang gelap akan berubah menjadi terang. Sama halnya dengan Dharma. Kita harus mewariskan Dharma kepada puluhan ribu orang bahkan kepada orang yang tidak terhingga. Lalu, orang-orang itu kembali mewariskan Dharma kepada lebih banyak orang. Sama seperti sebatang lilin bisa menyalakan pelita yang tidak terhingga.
MENYALAKAN PELITA BATHIN
Lebih 100 tahun lalu, di Jepang ada sebuah kuil, disana ada seorang Bhiksuni yang sudah berusia lanjut. Dia sangat berharap ada orang yang bisa mewariskan ajarannya dan meneruskan kuilnya. Di desa ada sebuah keluarga yang memiliki seorang anak perempuan yang menggemaskan. Sejak kecil, dia sering ke kuil itu untuk menemani sang Bhiksuni itu. Mendengar Bhiksuni ini mengutarakan harapannya untuk untuk mencari seorang penerus kuil agar keyakinan umat tidak terputus, anak perempuan itu membangun ikrar luhur. Orang tua nya juga menyetujui anak perempuan itu meninggalkan keduniawian .
Beberapa tahun kemudian, gurunya itu memanggilnya dan berkata padanya, “ Saya tahu waktu saya tidak banyak” “ Kamu harus lebih bersungguh hati, untuk menyalakan pelita setiap hari.” Beberapa waktu kemudian, gurunya meninggal dunia. Bhiksuni itu lalu menjalankan perkataan gurunya, untuk menyalahkan satu pelita setiap hari. Dia juga sangat giat membabarkan Dharma di desanya.
Banyak anak muda yang terinspirasi untuk menjadi muridnya. Seiring waktu berlalu, dia terus menyalahkan pelita setiap hari. Pelita yang di nyalakannya tersusun dari depan altar hingga keluar kuil. Dalam sekejap mata 50 tahun sudah berlalu. Tubuhnya mulai melemah. Suatu hari, dia memanggil beberapa muridnya dan berkata, “ Tahukah kalian setiap hari saya menyalahkan sebuah pelita ? “ “Ya” “ Apakah kalian tahu maknanya?” “Tidak Tahu” “ Apakah memberi persembahan kepada Buddha?” “Ya, memberi persembahan kepada Buddha” “ Guru saya meminta saya untuk menyalahkan pelita batin setiap hari” “ Namun saya sering berpikir apa sesungguhnya tujuan pelatihan diri saya ? “ Apakah hanya untuk menyalahkan pelita setiap hari ? “ “ Apakah itu membawa manfaat bagi pelatihan diri saya dan para warga desa ? “ “ Kini saya sepertinya mengerti.” Muridnya bertanya, “ bukankah itu metode pelatihan diri?” Bhiksuni itu mengelengkan kepala, lalu berkata, “ Guru saya meminta saya untuk menyalakan pelita batin.” “ Namun saya hanya menyalakan pelita berwujud di luar “ “ Hati saya terkadang merasakan sukacita dalam Dharma, terkadang penuh dengan noda batin.” Sama seperti pelita itu yang terkadang bisa padam “ “ Saya tidak sungguh-sungguh menyalahkan pelita batin” “ Pelita batin yang sesungguhnya tidak akan padam selamanya” “ Kalian bantulah saya menghitung berapa banyak pelita yang sudah saya nyalahkan.” Muridnya segera menghitung pelitadari depan altar hingga depan kuil. Jumlah keseluruhannya adalah 18.080 pelita. Bhiksuni ini menghela nafas dan berkata “ Selama lebih 50 tahun ini, saya hanya menyalahkan pelita yang berwujud.” “ Setelah saya meninggal, pelita di luar akan padam.” “ Seiring padamnya pelita di luar, pelita di dalam batin saya masih belum menyala.” Bhiksuni ini sangat menyesal, lalu diapun meninggal dunia.
Meski kisah ini terjadi di sebuah kuil di Jepang pada 100 tahun yang lalu tetapi kita bisa memetik hikmah darinya. Gurunya memintanya untuk menyalakan pelita batin. Namun, apakah dia sudah melakukannya ? Lima puluh tahun kemudian, dia baru menyadari hal ini. Pelita batinnya belum menyala tetapi di luar sudah ada 18.080 pelita yang nyala. Apakah itu membawa manfaat bagi umat manusia ? dalam melatih diri, yang terpenting menyalakan pelita batin dan terus mewariskannya kepada orang lain.
Saat bertemu kata-kata baik, kita harus mewariskannya kepada orang lain. Kita harus selalu bertutur kata baik agar hati setiap orang selalu hangat bagaikan musim semi. Sepatah kata yang baik dapat membuat orang merasakan sukacita dalam waktu yang panjang dan menginspirasi mereka untuk berkontribusi. Jadi, kita harus memutar roda Dharma untuk membimbing banyak orang agar orang-orang itu bisa menyalakan pelita batin mereka. Ingatlah untuk selalu melihat ke dalam diri. Jika tidak menyalakan pelita batin, kita tidak akan menyadari tarikan napas kita. Jika tarikan napas saja tidak kita perhatikan, bagaimana dengan setiap pikiran yang bangkit ? Jadi, kita harus lebih bersungguh hati.
Demikianlah dituliskan kisahnya dari video Master Cheng Yen Bercerita ” Menyalakan Pelita Bathin ” (025) https://youtu.be/hw_gBf6Ow-g
Master Cheng Yen Bercerita : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
Setiap Sabtu 18.30 WIB; Tayang ulang: Sabtu 22.00 WIB, Sabtu (Minggu berikutnya) 06.00 WIB
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva